24 Desember 2008

ABU YAZID AL-BUSTAMI


1. Riwayat Hidup Abu Yazid Al-Bustami

Nama lengkapnya adalah Abu Yazid Thaifur bin ‘Isa bin Surusyan Al-Bustami, lahir di daerah Bustam (Persia) tahun 874 - 947 M. Nama kecilnya adalah Taifur. Kakeknya bernama Surusyan, seorang penganut agama Zoroaster. kemudian masuk dan menjadi pemeluk Islam di Bustam. Keluarga Abu Yazid termasuk berada di daerahnya, tetapi ia lebih memilih hidup sederhana, Sejak dalam kandungan ibunya, konon kabarnya Abu Yazid telah mempunyai kelainan. Ibunya berkata bahwa ketika dalam perutnya, Abu Yazid akan memberontak sehingga ibunya muntah kalau menyantap makanan yang diragukan kehalalannya."

Sewaktu meningkat usia remaja, Abu Yazid terkenal sebagai murid yang pandai dan seorang anak yang patuh mengikuti perintah agama dan berbakti kepada orang tuanya. Suatu kali gurunya menerangkan suatu ayat dari Surat Luqman yang berbunyi, "Berterima kasihlah kepada Aku dan kepada kedua orang tuamu". Ayat ini sangat menggetarkan hati Abu Yazid. Ia kemudian berhenti belajar dan pulang untuk menemui ibunya. Sikapnya ini menggambarkan bahwa ia selalu berusaha memenuhi setiap panggilan Allah.

Perjalanan Abu Yazid untuk menjadi seorang sufi memakan waktu puluhan tahun. Sebelum membuktikan dirinya sebagai seorang sufi, ia terlebih dahulu telah menjadi seorang fakih dari mazhab Hanafi. Salah seorang gurunya yang terkenal adalah Abu Ali As-Sindi. la mengajarkan ilmu tauhid, ilmu hakikat, dan ilmu lainnya kepada Abu Yazid. Hanya saja ajaran sufi Abu Yazid tidak ditemukan dalam bentuk buku.

Dalam menjalani kehidupan zuhud, selama 13 tahun. Abu Yazid mengembara di gurun-gurun pasir di Syam, hanya dengan tidur, makan, dan minum yang sedikit sekali.

2. Ajaran Tasawuf Abu Yazid

Ajaran tasawuf terpentin Abu Yazid adalah fana’ dan baqa’. Dari segi bahasa, fana’ berasal dari kata faniya yang berarti musnah atau lenyap. Dalam istilah tasawuf, fana adakalanya diartikan sebagai moral keadaan moral yang luhur. Dalam hal ini, Abu Bakar Al-Kalabadzi (w.378H/988M) mendefinisikannya "hilangnya semua keinginan hawa nafsu seseorang, tidak ada pamrih dari segala perbuatan manusia, sehingga ia kehilangan segala perasaannya dan dapat membedakan sesuatu secara sadar, dan ia telah menghilangkan semua kepentingan ketika berbuat sesuatu.

Pencapaian Abu Yazid ke tahap fana. dicapai setelah meninggalkan segala keinginan selain keinginan kepada Allah, seperti tampak dalam ceritanya.

Jalan menuju fana’ menurut Abu Yazid dikisahkan dalam mimpinya menatap Tuhan. la bertanya, "Bagaimana caranya agar aku sampai pada- Mu? Tuhan menjawab, "Tinggalkan diri (nafsu)mu dan kemarilah. "Abu Yazid sendiri sebenarnya pernah melontarkan kata fana’ pada salah satu ucapannya:

Adapun baqa’, berasal dari kata baqiya. Arti dari segi bahasa adalah tetap, sedangkan berdasarkan istilah tasawuf berarti mendirikan sifat-sifat terpuji kepada Allah. Paham baqa tidak dapat dipisahkan fana’ karena keduanya merupakan paham yang berpasangan. Jika seorang sufi sedang mengalami fana’, ketika itu juga ia sedang menjalani baqa’,

Ittihad adalah tahapan selanjutnya yang dialami seorang sufi setelah ia melalui tahapan fana' dan baqa'. Hanya saja dalam literatur klasik, pembahasan tentang ittihad ini tidak ditemukan. Apakah karena pertimbangan keselamatan jiwa ataukah ajaran ini sangat sulit dipraktekkan merupakan pertanyaan yang sangat baik untuk dianalisis lebih lanjut. Namun, menurut Harun Nasution uraian tentang ittihad banyak terdapat di dalam buku karangan orientalis."

Dalam tahapan ittihad, seorang sufi bersatu dengan Tuhan. Antara yang mencintai dan yang dicintai menyatu, baik substansi maupun perbuatannya.

Dalam ittihad, “identitas telah hilang, identitas telah menjadi satu.” Sufi yang bersangkutan, karena fana’-nya tak mempunyai kesadaran lagi dan berbicara dengan nama Tuhan.

Dengan fana’-ya, Abu Yazid meninggalkan dirinya dan pergi kehadirat Tuhan. Bahwa ia telah berada dekat pada Tuhan dilihat dari syathahat yang di ucapkannya. Syathahat adalah ucapan - ucapan yang dikeluarkan seorang sufi ketika ia mulai berada di pintu gerbang ittihad. Ucapan-ucapan yang demikian belum pernah didengar dari sufi sebelum Abu Yazid, umpamanya:

Suatu ketika seseorang melewati rumah Abu Yazid dan mengetuk pintu. Abu Yazid bertanya, “Siapa yang engkau cari?” Orang itu menjawab, “Abu Yazid.” Abu Yazid berkata, “Pergilah, di rumah ini tidak ada, kecuali Allah Yang Mahakuasa dan Maha tinggi.

Ucapan-ucapan Abu Yazid di atas kalau diperhatikan secara sepintas memberikan kesan bahwa ia syirik kepada Allah. Karena itu, dalam sejarah ada sufi yang ditangkap dan dipenjarakan karena ucapannya membingungkan golongan awam.

PENDAPAT

Menurut saya Abu Yasid Al-Bustami merupakan seseorang yang mempunyai akhlak yang baik sejak dalam kandungan. Karena sejak dalam kandungan pun beliau tidak mau makan-makanan yang diragukan kehalalannya. Jadi sejak dalam kandungan beliau tidak pernah makan-makanan haram.

Abu Yazid Al-Bustami juga merupakan orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, karena pada saat gurunya menerangkan surat Al-Luqman beliau langsung bergegas pulang. Beliau juga merupakan orang yang cerdas karena setiap kali diajarkan sesuatu langsung bisa ditangkapnya, dan diamalkannya.

Beliau juga gigih dalam mengerjakan ajarannya sebagai seorang sufi sampai beliau mau mengembara di gurun-gurun pasir di Syam, hanya dengan tidur, makan, dan minum yang sedikit sekali. Namun beliau tetap tabah dan terus berjuang tanpa rasa lelah dan letih. Beliau juga merupakan seorang yang bijaksana dalam menangani suatu masalah.

Dari semuanya itu dapat disimpulkan bahwa Abu Yazid Al-Bustami merupakan orang yang mempunyai akhlak yang baik atau akhlak yang terpuji sejak dalam kandungan ibunya, dan patut kita teladani dari sikap dan akhlaknya tersebut.

BIOGRAFI



Jalaluddin Muhammad ar-Rumi dilahirkan pada 6 Rabi’ul awal tahun 604 Hijriah di Balka, salah satu wilayah Afghanistan.

Ayahnya bernama Muhammad bergelar Bahauddin Walad, tokoh ulama dan guru besar di negerinya di masa itu, yang juga bergelar Suthanul – Ulama. Menurut catatan, nasabnya sampai pada Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. Semasa hidupnya, Bahauddin Walad banyak melancarkan kritik kepada Ulama Modern yang getol mempelajari dan mengajarkan berbagai ilmu rasio sehingga mengakibatkan kecenderungan berpaling dari Al-Quran dan Hadits.

Sebagai guru berkarisma besar, baik bagi kaum awam maupun di mata kelompok tertentu (khas), tidak heran jika fatwanya senantiasa didengar orang di mana-mana. Banyak yang menaruh respek kepadanya. Namun, barangkali justru hal itulah yang membuat sementara ulama lain menaruh rasa iri. Mereka lalu mencoba melancarkan fitnah dan mengadukannya kepada penguasa. Sungguh pun demikian, simpati orang kepadanya sedikit pun tidak berkurang. Pendapat dan fatwanya tetap dijadikan pedoman. Itulah sebabnya penguasa waktu itu mengisyaratkannya agar meninggalkan negeri. Selanjutnya, Bahauddin bersama seluruh keluarganya lalu terpaksa hijrah. Dalam pengembaraannya ra sempat singgah di berbagai kota. Dan ternyata di mana-mana ra mendapatkan sambutan hangat. Dengan ajakan Aluddin Kaiqidad, seorang penguasa Rum yang sangat hormat kepadanya, akhirnya ia memutuskan tinggal di Kauniyah. Peristiwa itu terjadi pada tahun 626 Hijriah.

Di Kauniyah, Syekh Bahauddin menetap dua tahun, dan pada tahun 638 ra meninggal dunia. Yang menggantikan, tentu saja putranya yang pintar itu, Jalaluddin ar-Rumi. Seorang penguasa bernama Badruddin kahartasy kemudian membangun sekolah untuk Jalaluddin. Nama sekolah itu “Sekolah Khadawan dakar”. Sebagai direktur, Jalaluddin meneruskan jejak Ayahnya dalam pengajaran dan pendidikan. Namun kedudukan yang cukup tinggi itu tidak menghalangi dia untuk tetap belajar, memperluas cakrawala pengetahuannya dan memperdalam ilmu-ilmunya.

Pada tahun 630, Jalaluddin pergi ke negeri Syam dan bermukim disana selama setahun. Di negeri tersebut ra memasuki sekolah al-Halawiyah yang berpusat di Haleb. Di sekolah itu, ra sempat berguru kepada kamaluddin bin al-Adim. Banyak Ulama Haleb secara jujur mengakui kecerdasan dan kepandaian Jalaluddin. Ia dianggap mempunyai wawasan luas, khususnya dalam bidang ilmu.

Dari Haleb, Jalaluddin pindah ke Damaskus dan disana ia memasuki sekolah al-Muqaddasiyah. Di sekolah ini ia bertemu dengan syekh Muhyiddin ibn Arabi, Sa’aduddin al-Hamawi, Utsman ar-Rumi, Auhaduddin al-Karmani dan Shadruddin al-Qounawi.

Pada 634 Hijriah, Jalaluddin kembali lagi ke kota Kauniyah. Ia tetap aktif mengajar dan menberikan fatwa. Ketika itu banyak ulama dan tokoh terkemuka yang hijrah dari negerinya karena fitnah dan kekejaman para penyerbu bangsa Tartar-bergabung dan berkumpul di kota Kauniyah. Tak heran jika Kauniyah kemudian menjadi pusat ilmu dan tempat berkumpul para ulama dari berbagai penjuru dunia. Di Kauniyah itu pula murid-murid Syekh Muhyiddin ibn Arabi bermukim, diantaranya Syekh Shadruddin al-Qounawi.

Madrasah yang dipimpin Jalaluddin semarak dan ramai. Tidak kurang 4.000 murid belajar di situ. Keadaan ini terus berlangsung sampai saat terjadinya peristiwa yang mampu mengubah arus kehidupannya hampir secara drastis. Namun justru kejadian itu pula yang menyebabkan namanya menjadi semakin terkenal dan berpengaruh.

Pada Jumadil-akhir 642 Hijriah, datang seorang lelaki beraliran sufi dari Tabris sebuah daerah di wilayah Iran-di Kauniah. Namanya Muhammad bin Ali bin Malik Daad, tetapi lebih dikenal dengan “Syamsi Tabriz”. Tidak banyak tahu nasib (asal) keturunannya. Ceritanya, suatu hari, seperti biasanya ketika Jalaluddin sedang memberikan pelajaran di depan khalayaknya dan banyak yang menanyakan sesuatu kepadanya pada hari itu, tiba-tiba seorang lelaki asing bernama Syamsuddin alias Syamsi Tabriz bertanya “Apa yang dimaksud dengan riyadah dan ilmu?”

Mendengar pertanyaan itu Jalaluddin terkesima, kiranya apa yang dikemukakan Syamsuddin itu benar jitu dan tepat mengenai sasaran. Sejak saat itu Jalaluddin mulai lengket dengan Syamsuddin yang kemudian menjadi gurunya. Bahkan keduanya tinggal bersama dalam sebuah kamar selama 10 hari. Ada pula yang mengatakan, bersama guru barunya itu Jalaluddin selama enam bulan mengasingkan diri di dalam kamar Shalahuddin Zarkub ad-DUkak. Tidak seorang pun berani masuk ke kamar, kecuali si pemilik kamar.

Kini Jalaluddin seperti menemukan semangat baru. Baginya, gurunya yang baru itu adalah segala-galanya. Gurunya itulah kemudian banyak menunjukkan kepadanya berbagai kebenaran. Tidak mengherankan bila dalam sebuah sajaknya ia menulis:

“Sesungguhnya Syamsi Tabriz itulah yang menunjukiku jalan kebenaran. Dialah yang mempertebal keyakinan dan keimananku.”

Sementara itu, anak lelaki Jalaluddin, Sultan walau sempat berkomentar :

“Sesungguhnya seorang guru besar tiba-tiba menjadi seorang murid kecil setiap hari sang guru besar harus menimba ilmu darinya, meski sebenarnya beliau cukup alim dan zuhud. Tetapi itulah kenyataannya. Dalam diri Tabriz, guru besar itu melihat kandungan ilmu yang tiada taranya.”

Jalaluddin benar-benar tunduk kepada guru barunya. Di matanya Syamsi Tabriz benar-benar sempurna, kendati karena itu ia mulai jauh dari murid-muridnya. Para muridnya memang merasakan hal itu. Mereka menggerutu :

“Telah kami habiskan usia kami untuk mengabdi kepada guru, kami sudah banyak melihat kekeramatannya. Tetapi tiba-tiba datang orang asing yang lalu bertemu dan beranjangsana dengannya. Lelaki asing itu tentu seorang tukang sihir yang pintar dan licik.

Tak pelak lagi timbul permusuhan dan rasa benci murid-muridnya terhadap Syamsuddin yang semakin hari kian menjadi. Mereka malahan bermaksud mengusirnya dari Kauniyah. Agar mereka bisa kembali leluasa berkumpul dengan gurunya. Namun Syamsuddin sendiri menerima perlakuan tersebut dengan sangat sabar dan santun. Tetapi ketika sikap mereka sudah melampaui batas, maka Syamsuddin mulai khawatir bahwa malapetaka dan fitnah akan menimpa dirinya. Lalau dengan sembunyi-sembunyi ra akhirnya meninggalkan Kauniyah setelah itu selama satu tahun empat bulan ra menetap di kota itu.

Alangkah sedih dan gundahnya Jalaluddin ditinggalkan gurunya itu ia selalu menjauhkan diri dari seluruh muridnya. Ia tidak membiarkan mereka mengganggunya.

Rupanya Jalaluddin bermaksud memutuskan hubungan dengan manusia. Ia ingin menyendiri, sampai pada suatu hari ia dikagetkan oleh datanya sepucuk surat dari gurunya, Syamsuddin yang memang sudah lama didambakan dan dinantikannya. Dalam surat itu tertulis alamat gurunya di Damaskus. Betapa senang hati Jalaluddin saat menerimanya. Sejak saat itu, ia tampak berubah. Ia lantas mau memberikan pelajaran kepada para muridnya kembali.

Kepada guru yang senantiasa dirindukannya itu, Jalaluddin menulis sepucuk surat yang isinya menyerupai sajak percintaan.

Suasana di sekitar Jalaluddin pun mulai pulih. Orang-orang sudah mulai tenang kembali. Dan Jalaluddin tahu bahwa mereka tidak akan memusuhi dan menyakiti Syamsuddin lagi. Mereka kelihatan menyesal. Lalu Jalaluddin mengutus Sultan Walad anak lelakinya untuk menemui Syamsuddin dengan membawa berbagai hadiah yang menyenangkan, sambil mengharapkan kesudian Syamsuddin kembali ke Kauniyah. Jalaluddin juga meminta putranya memohonkan maaf atas perlakuan muridnya.

Dan untuk memenuhi permintaan Jalaluddin, beliau pun kembali ke Kauniyah. Alangkah gembira hati Jalaluddin menyambut kembalinya sang guru. Rasanya Jalaluddin ingin selalu bersamanya, namun keinginannya tersebut tinggal sebagai keinginan, karena takdir Allah menghendaki lain. Saat-saat manis yang tengah direguk Salaluddin bersama gurunya ternyata tidak bisa bertahan lama. Datang lagi fitnah baru dari putranya Salaluddin sendiri, bernama Syalbi Alauddin. Untuk yang kedua kalinya Syamsuddin harus angkat kaki dari Kauniyah.

Jalaluddin benar-benar terpukul menerima kenyataan getir itu. Perilakunya yang bagai gila kambuh lagi. Setiap orang yang ikut menyakiti Syamsuddin, ia marahi dan ia usir. Untungnya, kali ini Jalaluddin masih tetap aktif mengajar Peristiwa ini terjadi pada tahun 645 Hijriah. Kemudian Jalaluddin berusaha mencari gurunya ke segenap penjuru.

Jalaluddin lalu pergi ke negeri Syam untuk mencari Syamsuddin. Tidak bosan-bosannya ia mencari dan senantiasa berusaha mencari. Dan ketika Jalaluddin bersama para sahabatnya sampai di Damaskus, penduduk setempat menyambutnya dengan penuh hormat dan rasa ingin tahu. Mereka sangat gandrung terhadap tokoh ini. Ada diantara warga yang dengan takjub berkata “Bagaimana orang yang sedemikian pintar, dinamis dan alim bisa kebingungan?”. Meskipun tidak juga berhasil menemukan Syamsuddin, lama-lama jiwanya Jalaluddin tenang juga. Ia berkata kepada dirinya sendiri “Antara aku dan Syamsuddin sama sekali tidak ada bedanya. Jika ia matahari, aku serbuk cahayanya. Jika ra laut, aku bahteranya. Serbuk cahaya bersumber pada matahari dan kehidupan perahu (bahtera) pada laut.”

Lalu ia kembali. Namun ternyata rasa rindu kepada sang guru, ia kembali berangkat ke Damaskus. Dan ternyata usahanya kembali gagal, ia pulang ke Kauniyah dengan pasrah dan yakin bahwa ia adalah bagian dari gurunya, kemudian Shalahuddin ad-Dukak ia dijadikan sebagai teman dalam kesedihannya. Sepuluh tahun lamanya Shalahuddin menemaninya dalam keadaan seperti itu. Pada tahun 658 Hijriah, Shalahuddin meninggal.

Sebagai gantinya, Jalaluddin kini menjadikan Syal Hasanuddin sebagai kawan perintang kesepiannya. Hasamuddin inilah yang mengilhami kelahiran sajak-sajak “al-Matsnawr”-nya. Pada tanggal 5 Jumadil-akhir tahun 672 Hijriah, Jalaluddin ar-Rumi pun akhirnya tutup usia.


à Komentar

Dari biografi Jalaluddin ar-Rumi yang telah dipaparkan, menunjukkan bahwa ia seorang tokoh yang kuat dan peka perasaan, memiliki semangat yang tinggi dan hati yang lembut. Ia mempunyai Kemauan keras, tetapi penuh cinta kasih. Ia mampu menyimpan percik bunga api yang cemerlang itu dalam ilmu-ilmu dhahir sambil menambah upaya melalui akal.

Dan menurut sumber yang saya baca, Jalaluddin ar-Rumi adalah seorang yang benar-benar genius. Karena ra memiliki daya kreativitas yang tinggi. Ia ibarat tungku yang selalu menyala. Mata hatinya senantiasa terbuka. Jiwanya amat sensitif. Perasaan batinnya terus menerus hidup. Sorot matanya mampu menyingkapkan tabir sehingga tidak heran bila ia memahami hakikat yang tersembunyi di balik kata-kata. Di dalam sanubarinya terhimpun berbagai ilmu sejati. Dan itulah yang memenuhi piala kalbunya hingga melimpah.

Tatkala pembicaraannya mengenai ilmu kalam sudah mendominasi masa kehidupan Jalaluddin, bahkan juga berbagai masalah akidah dan ketuhanan serta hakikatnya yang kasat mata seperti ketuhanan berikut sifat-sifatNya, masalah kenabian, wahyu, neraka, surga dan lain sebagainya, telah menjadi topik pembahasan dan perdebatan serta bahan gunjingan yang aktual dimana-mana, sehingga banyak yang ingin menghilangkannya. Hal itu memang menimbulkan keguncangan dalam akidah. Tapi semua masalah itu justru dijadikan Jalaluddin topik dan tema sajak-sajak “Al-Matsunawi”-nya.


DAFTAR PUTAKA

Nadwi, Abul Hasan an – 2004. Jalaludin Rumi Sufi Penyair Terbesar... Jakarta : Pustaka Firdaus

19 Desember 2008

LEMBAGA SOSIAL

A.Pengertian Lembaga Sosial

1. Menurut Koentjaraningrat

Lembaga social adalah suatu system tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas untuk memenuhi kompleksitas kebutuhan khusus dalam kehidupan manusia.

2. Menurut Soerjono Soekanto

Lembaga social adalah himpunan norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan bermasyarakat.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan Lembaga Sosial adalah seperangkat aturan yang berisi nilai dan norma social untuk mengatur kegiatan dan kebutuhan social tertentu.

Lembaga muncul di tengah masyarakat sebagai suatu kumpulan peraturan social yang tidak direncanakan terlebih dahulu.

Lembaga social tidak muncul dalam masyarakat dengan sendirinya tetapi dibentuk, dipertahankan, dan atau diubah hanya oleh manusia.

B.Ciri dan Fungsi Lembaga Sosial

1. Ciri Lembaga Sosial

· Merupakan kumpulan pola-pola perilaku yang terwujud melalui kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.

· Usia suatu lembaga social lebih panjang daripada usia individu.

· Sistem kepercayaan dan aneka macam tindakan baru akan menjadi bagian lembaga social setelah melewati waktu yang relatife lama.

· Mempunyai beberapa tujuan dan alat-alat yang digunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan.

· Memiliki lambing-lambang sebagai ciri khas dan mempunyai tradisi tertulis maupun tidak tertulis.

2.Fungsi Lembaga Sosial

· Fungsi Manifes, yaitu fungsi yang disadari.

· Fungsi Laten, yaitu fungsi lembaga yang tidak disadari.

· Fungsi Positif, yaitu fungsi yang menduklung kelangsungan hidup masyarakat.

· Fungsi Negatif, yaitu fungsi yang merugikan kelangsungan hidup masyarakat.

C.Tipe-Tipe Lembaga Sosial

1.Berdasarkan Proses Terbentuknya

· Cresive Institution, yaitu lembaga yang tumbuh dari adapt istiadat sehingga menjadi lembaga social utama di dalam masyarakat. Contoh : lembaga pernikahan.

· Enacted Institution, yaitu lembaga social yang sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu. Contoh : lembaga perdagangan.

2.Berdasarkan Fungsinya

· Operative Institution, berfungsi untuk menghimpun pola atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Contoh : lembaga industri.

· Regulative Institution, berfungsi mengawasi adat istiadat yang tidak menjadi bagian mutlak dari lembaga social itu sendiri. Contoh : lembaga hokum.

3.Berdasarkan Tingkat Kepentingannya

· Basic Intitution, keberadaannya dianggap penting untuk memelihara atau mempertahankan tata tertib dalam masyarakat. Contoh : keluarga dan pendidikan.

· Subsidiary Institution, lembaga social yang dianggap kurang penting. Contoh : kegiatan rekreasi.

4.Berdasarkan Tingkat Penerimaan Oleh Masyarakat

· Sosial-sanctioned Intitution, yaitu lembaga social yang diterima dengan baik oleh masyarakat. Contoh : lembaga sekolah.

· Unsactioned Institution, yaitu lembaga social yang ditolak oleh masyarakat meskipun masyarakat kadang tidak berhasil membrantasnya. Contoh : korupsi dan prostitusi.

5.Berdasarkan Faktor-Faktor Persebarannya

· General Institution, yaitu lembaga social yang dikenal dan diterima dimana-mana. Contoh : lembaga pendidikan.

· Restricted Institution, yaitu lembaga social yang diterima hanya oleh sebagian kecil masyarakat. Contoh : ajaran dari agama tertentu.

D.Jenis-Jenis Lembaga Sosial

1. Lembaga Keluarga

Keluarga adalah kelompok yang mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan.

· Fungsi Keluarga

a) fungsi reproduksi, bertujuan untuk meneruskan keturunan agar kebudayaan yang dimiliki tidak hilang begitu saja.

b) Fungsi sosialisasi, merupakan proses penyesuaian diri tentang cara berfikir masyarakat agar dapat berperan dan berfungsi sebagaimana anggota lainnya, juga dimulai dalam keluarga sejak anak lahir dan dilakukan oleh orang-orang dewasa di dalam keluarga tersebut.

c) Fungsi afeksi ( kasih sayang ), merupakan sarana bagi anggota untuk mendapatkan kasih sayang dari anggota keluarga lainnya.

d) Fungsi ekonomi, berperan untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi seluruh anggota keluarga untuk mempertahankan hidup.

e) Fungsi pengawasan social, setiap anggota keluarga mempunyai kewajiban untuk menjadi pengawas bagi anggota keluarga lainnya demi menjaga nama baik keluarga.

f) Fungsi perlindungan, perlindungan yang disebabkan oleh kedekatan hubungan darah yang menghasilkan sikap mau berkorban untuk sesama anggota keluarga.

g) Fungsi pemberian status, status dalam keluarga tidak hanya berkaitan dengan jenis kelamin atau urutan kelahiran tapi juga kelas social kita.

· Ciri-Ciri Lembaga Keluarga

a) Merupakan suatu kelompok social yang terdiri dari berbagai usia dan jenis kelamin.

b) Dua orang dari mereka mempunyai hubungan sebagai ayah dan ibu.

c) Mempunyai seperangkat aturan social tertentu yang diakui dan dijalankan bersama-sama

d) Menempati suatu tempat tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.

· Proses Terbentuknya Keluarga

Secara hukum sebuah keluarga terbentuk melalui sebuah perkawinan yang sah menurut hukum agama, hukum adat, hukum pemerintah.

Proses terbentuknya keluarga melalui beberapa tahapan, yaitu

i. Tahap Formatif atau Pre-Nuptual, yaitu suatu masa persiapan sebelum dilangsungkannya perkawinan. Contoh : pelamaran dan pertunangan.

ii. Tahap Perkawinan atau Nuptual Stage, yaitu suatu tahap saat dilangsungkannya perkawinan dan sesudahnya, tetapi sebelum lahirnya anak-anak dari hasil perkawinan mereka.

iii. Tahap Pemeliharaan Anak (Child Rearing Stage ), merupakan sebuah bangunan keluarga secara utuh.

iv. Tahap Keluarga Dewasa ( Maturity Stage ), tahap ini tercipta ketikaak yang dilahirkan dan dipelihara telah mampu berdiri sendiri dan membentuk keluarga baru.etapi sebelum lahirnya anak-a anak-anak yang dilahirkan dan dipelihara telah mampu berdiri sendiri dan membentuk keluarga baru.

· Bentuk-Bentuk Perkawinan

1. Dilihat dari banyaknya suami atau istri maka pernikahan bibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

a) Monogami, adalah pernikahan antara seorang pria dengan seorang perempuan saja.

b) Poligami, adalah perkawinan antara seorang pria dengan beberapa perempuan. Poligami dibedakan menjadi dua yaitu poligini ( apabila seorang pria menikah dengan lebih dari satu orang perempuan ) dan poliandri ( apabila seorang perempuan menikah dengan lebih dari satu oaring pria ).

2. Berdasarkan asal suami atau istri pernikahan dibedakan menjadi empat macam, yaitu :

a) Eksogami, apabila pernikahan dilakukan dengan seseorang diluar ras,marga, atau kelompoknya. Eksogami dibedakan menjadi dua yaitu connubium simetris ( apabila hubungan pernikahan terjadi antara dua klan secara timbale balik ) dan connubium asimetris ( apabila hubungan pernikahan terdiri antara klan yang hanya mempunyai satu garis keturunan).

b) Endogami, apabila pernikahan dilakukan dengan seseorang yang berasal dari lingkungan sendiri untuk menjaga ikatan kekerabatan.

c) Homogami, apabila pernikahan terjadi antara pria dan perempuan yang berasal dari lapisan atau kedudukan social yang sama.

d) Heterogami, apabila pernikahan terjadi antara pria dan perempuan dari dua keluarga yang berlainan lapisan sosialnya.

Selain itu dikenal pula bentuk-bentuk perkawinan lainnya, yaitu

a) Cross Causin, adalah perkawinan antara saudara sepupu ( anak saudara laki-laki ibu dengan anak dari saudara perempuan ayah)

b) Parallel Causin, adalah perkawinan antara anak-anak yang ayah mereka bersaudara kandung atau ibu mereka bersaudara kandung.

· Aturan Pernikahan

Salah satu aturan yang mengatur siapa yang boleh dan tidak boleh

dinikahi adalah incest taboo yaitu larangan melakukan pernikahan dengan keluarga yang sangat dekat

Pola adat dimana pasangan suami-istri yang baru menikah memilih untuk menetap, dikenal ada beberapa macam,yaitu

a) Patrilokal, yaitu pasangan pengantin bertempat tinggal di sekitar kerabat suami.

b) Matrilokal, yaitu pasangan pengantin bertempat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat istri.

c) Bilokal, yaitu pasangan pengantin baru menetap secara bergantian antara tempat kerabat istri dan suami.

d) Neolokal, yaitu pasangan pengantin baru mencari tempat kediaman baru yang bukan dilingkungan kerabat suami maupun istri.

e) Avunkulokal, yaitu pasangan pengantin baru bertempat tinggal di rumah saudara laki-laki ibu dari pihak suami.

f) Natalokal, yaitu pasangan pengantin baru tidak tinggal bersama-sama tetapi masing-masing bertempat tinggal di daerah kelahiran mereka dan hanya berkunjung untuk waktu yang relative pendek.

g) Utrolokal, yaitu pasangan pengantin baru bebas menentukan tempat tinggal yang diinginkan.

2. Lembaga Agama

· Fungsi Lembaga Agama

a) Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok.

b) Mengatur tata cara hubungan antara manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhannya.

c) Merupakan tuntunan tentang prinsip benar atau salah untuk menghindari perilaku yang menyimpang.

d) Pedoman perasaan keyakinan.

e) Pedoman keberadaan alam semesta dengan segala isinya yang harus disikapi dengan rasa syukur.

f) Pedoman rekreasi dan hiburan untuk mencari ketenangan dan kesegaran jiwa.

g) Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.

3. Lembaga Pendidikan

· Jenis-Jenis Pendidikan

a) Pendidikan formal ( sekolah ), pendidikan yang berlangsung di sekolah dari kelompok bermain sampai ke perguruan tinggi baik yamg bersifat umum maupun khusus.

b) Pendidikan informal ( keluarga ), pendidikan yang dilakukan di rumah, di jalanan, atau melalui Koran, televisi, dan jaringan internet.

c) Pendidikan nonformal, pendidikan yang berlangsung di luar keluarga seperti lembaga kursus.

· Fungsi Lembaga Pendidikan

a) Fungsi manifes, adalah fungsi lembaga pendidikan yang berlangsung dapat diamati secara nyata atau fungsi yang diharapkan oleh masyarakat. Menurut Horton dan Hunt fungsi manifes pendidikan adalah mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah, mengembangkan bakat perorangan demi kepuasan pribadi maupun bagi kepentingan masyarakat, melestarikan kebudayaan, dan menanamkan ketrampilan yang perlu bagi partisipasinya dalam berdemokrasi.

b) Fungsi laten, beberapa fungsi laten lembaga pendidikan adalah sebagai berikut :

i. Sekolah memperpanjang masa remaja dan menunda masa dewasa, karena dapat memperlambat masuknya anak ke dunia kerja.

ii. Mengurangi pengendalian orang tua terhadap anak-anaknya, sekolah menanamkan nilai-nilai baru yang kadang-kadang bertentangan dengan apa yang diajarkan di rumah.

iii. Menyediakan sarana untuk pembangkangan , sekolah menanamkan nilai-nilai yang menjadi dasar bagi pembangkangan bagi masyarakat.

iv. Mempertahankan system kelas, siswa disosialisasikan untuk menerima dan menyesuaikan diri dengan system status.

· Peranan Lembaga Pendidikan

Robert Dreeben berpendapat bahwa sekolah tidak hanya mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung tapi juga mengajarkan hal-hal lainnya seperti kemandirian, prestasi, spesifikasi, dan pengembangan kepribadian.

4. Lembaga Politik

Lembaga Politik adalah bermacam-macam kegiatan masyarakat dalam suatu wilayah negara yang menyangkut proses-proses penentuan dan pelaksanaan kehidupan bernegara. Agar terbentuknya suatu negara harus ada tiga unsur berikut yaitu rakyat

(penduduk), pemerintahan yang berdaulat, dan wilayah yang menjadi tempat pemerintah dan rakyatnya tinggal.

· Ciri-ciri Lembaga Politik

a) Terdapat suatu kelompok yang memiliki wilayah dan telah menempati wilayah tersebut dalam waktu yang lama.

b) Adanya perkumpulan politik yang dibentuk dengan system tertentu.

c) Sebagian dari individu yang merupakan penduduk di wilayah tersebut diberikan wewenang untuk melakukan tugas-tugas pemerintahan, baik dengan anjuran maupun pemaksaan.

d) Hak dan kewajiban yang dimiliki suatu pemerintahan hanya berlaku dalam batas wilayah mereka saja dan tidak berlaku di wilayah atau negara lain.

Site Info

Leave a Reply