24 Mei 2010

Penemuan


57 Makam Kuno Mesir Ditemukan


By Ismoko Widjaya, Mohammad Adam - Senin, 24 Mei



[Sebuah mumi dari kuburan di Mesir yang diduga telah berumur 2.600 tahun] Sebuah mumi dari kuburan di Mesir yang diduga telah berumur 2.600 tahun

VIVAnews - Sebanyak 57 makam kuno Mesir ditemukan. Sebagian besar berupa peti mayat dari kayu berhias corak dengan mumi di dalamnya.

Seperti diberitakan Associated Press (AP) edisi Minggu 23 Mei 2010, penemuan ini memberi pengetahuan baru khazanah kepercayaan kuno Mesir.

Penemuan arkeolog itu disampaikan Dewan Tertinggi Barang Antik Mesir. Dewan menjelaskan, kuburan paling tua bertanggal sekitar 2750 tahun sebelum masehi.

Pada periode itu diperkirakan pada masa dinasti pertama dan kedua Mesir. Sebanyak 12 diantaranya diketahui merupakan makam penguasa dinasti ke-18 yang memerintah Mesir pada abad Kedua sebelum masehi.

Kepala Arkeologi Mesir Zahi Hawass mengatakan, mumi-mumi yang berasal dari dinasti ke-18 ditutupi dalam linen bertuliskan mantra dari Kitab Kematian. Mumi-mumi itu juga diberi gambar sosok dewa-dewa kuno Mesir.

Abdel Rahman El-Aydi, kepala misi penemuan arkeologi mengatakan hal serupa. Bahwa makam-makam itu dihiasi dengan teks religius. Menurut kepercayaan Mesir Kuno, teks itu akan membantu arwah agar tidak tersesat ke alam neraka.

Pada 31 kuburan bertanggal antara 2030-1840 sebelum masehi, arkeolog menemukan gambar dewa-dewa kuno Mesir yang berbeda. Dewa-dewa itu seperti Horus, Hathor, Khnum, dan Amun, sebagai hiasan.

Dewan juga mengatakan penemuan ini didapat dari penggalian di Lahoun, Fayoum. Lokasinya, berjarak sekitar 70 mil atau sekitar 100 kilometer sebelah selatan Kairo. Tahun lalu, sebanyak 53 makam batu dengan beragam tanggal masa-masa kuno juga ditemukan di wilayah itu. (jn)

Viva News

22 Mei 2010

Digital

Selamat datang, TV Google!


Google percaya diri bahwa mereka telah memiliki teknologi yang dapat menggabungkan pencarian daring dengan menonton televisi.

Demi mencapai tujuan jangka panjang untuk mengubah TV menjadi gerbang menuju internet, Google berpartner dengan Sony Corp., Intel, dan Logitech International. Mereka memresentasikan rencana TV pintar itu kemarin. CEO Intel Paul Otellini memrediksi upaya itu akan menjadi “perkembangan terbesar pada televisi setelah kemunculan TV berwarna.”

“Tujuan kami adalah memunculkan dampak yang sama pada televisi seperti yang sudah dilakukan smart phone pada pasar telepon seluler,” kata Rishi Chandra, manajer produk Google yang mengawasi keberlangsungan proyek TV pintar ini.

Televisi-televisi tersebut akan dijual musim gugur ini di Amerika Serikat. Harganya masih belum diumumkan. Penjualan ke negara-negara lain akan mulai tahun depan. Perusahaan-perusahaan lain sudah mencoba memromosikan televisi yang terhubung ke internet itu dalam satu dekade terakhir, namun belum mencapai sukses.

“Saya sudah pernah menonton film ini sebelumnya,” kata analis dari Gartner Inc Ray Valdes tentang rencana ambisius Google ini. “Mereka sedang melalui sebuah jalan yang disampahi oleh inisiatif-inisiatif gagal serupa.”

Tapi Google dan tiga rekannya percaya bahwa mereka telah mengembangkan sistem yang membuat televisi internet mudah dan lebih menarik. Mereka juga bergantung pada beragam laman untuk membangun aplikasi berita agar bisa menjalankan televisi internet ini. Mereka berharap bisa mendorong lebih banyak penonton untuk mulai berinteraksi dengan televisi mereka, dan tidak hanya menontonnya.

Banyak rumah yang sudah menghubungkan televisi mereka dengan internet. Televisi yang terhubung ke internet diperkirakan berjumlah 19% dari total penjualan televisi layar datar di AS, tahun ini. Kemungkinan naiknya bisa sampai 46% pada 2013, menurut riset ABI. (AP/Yahoo! News)

04 Mei 2010

Kliwonan Batang

A. Pelaksanaan Tradisi Kliwonan

Masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang heterogen, demikian halnya dengan kebudayaan atau tradisi yang dimilikinya. Banyak ritual dan tradisi yang merupakan warisan dari nenek moyang yang masih tetap dilestarikan sampai sekarang.

Salah satu ritual yang masih banyak dilakukan masyarakat Jawa, khususnya bagi mereka yang beragama Islam adalah tradisi kliwonan. Tradisi tersebut mencakup hari Kamis wage, malam Jumat kliwon, serta hari Jumat kliwon itu sendiri. Pada hari Kamis wage (sore), banyak digunakan orang untuk berziarah ke makam anggota keluarga atau leluhurnya untuk nyekar (menabur bunga di makam) dan membaca doa.

Sedangkan pada malam harinya (malam Jumat kliwon), kalangan tetua mengadakan acara nyepi baik dilakukan di rumah kediaman atau ke tempat-tempat yang dianggap keramat, bertuah, hening, dan mengandung kekuatan gaib. Menurut R. Soerjanto Sastroatmodjo dalam majalah Kompak (2001:14), baik acara nyekar dan nyepi merupakan acara ritual bagi kalangan masyarakat Jawa yang masih memegang tradisi, serta mempunyai makna tersendiri. Tradisi Jumat kliwon atau kliwonan di Batang yang terjadi setiap 35 hari sekali atau selapan dina menurut perhitungan Jawa, bagi masyarakat Batang mempunyai makna yang berbeda dengan ritual Jumat kliwon pada umumnya. Di Batang malam Jumat kliwon justru digunakan sebagai malam yang spesial bagi para pedagang untuk menggelar barang dagangannya di areal alun-alun dengan harga “miring”, sehingga tidak heran apabila Jumat kliwon atau yang dikenal dengan istilah kliwonan menjadi agenda wajib yang harus dikunjungi.


Menurut bapak Basuki Soenarjo yang merupakan mantan pegawai Dinas Pariwisata Kabupaten Batang, kliwonan merupakan tradisi yang telah berjalan lama, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Pada awalnya tradisi kliwonan lebih berupa ritual ngluar kaul yang dilakukan seseorang, yakni suatu janji tertentu apabila seseorang bebas dari marabahaya, penyakit ataupun tercapainya suatu cita-cita seseorang. Ritual tersebut dilakukan di alun-alun dengan cara membuang pakaian bekas yang masih pantas pakai disertai uang logam sejumlah tertentu, membuat jadah pasar (sesaji dari aneka makanan yang dibeli dari pasar) untuk diberikan kepada pengunjung, yang kemudian diteruskan dengan acara berguling-guling di alun-alun, serta diakhiri dengan membasuh muka di masjid Jami’ (masjid di sebelah barat alun-alun).


1. Gambaran Pedagang di Kliwonan

Pedagang yang berada di pasar kliwonan merupakan salah satu subjek dalam penelitian ini. Para pedagang yang berjualan di pasar kliwonan setiap bulannya relatif tetap karena mereka sudah mempunyai tempat tetap untuk berjualan, khususnya para pedagang yang tergolong besar.

2. Pola-Pola Sosial yang Timbul Akibat Tradisi Kliwonan

Ada beberapa jenis interaksi sosial yang terjadi pada saat kliwonan, antara lain interaksi antara pengunjung dengan pedagang, interaksi antara pengunjung dengan pengunjung, dan interaksi antar pedagang itu sendiri. Ketiga bentuk interaksi tersebut telah mencakup interaksi antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok.

3. Masalah-Masalah Sosial yang Timbul Akibat Tradisi Kliwonan

Kliwonan menimbulkan dampak negatif khususnya terhadap kebersihan lingkungan di sekitar alun-alun yang merupakan tempat diselenggarakannya acara kliwonan. Tradisi kliwonan merupakan kegiatan yang menyerupai pasar malam atau pasar tiban, dimana banyak terdapat penjual yang menjajakan beraneka ragam mulai dari makanan sampai barang-barang keperluan rumah tangga. Dan seperti gambaran pasar pada umumnya, keadaannya tidak akan jauh dari sampah yang berserakan dimana-mana dan tentu saja akan mengakibatkan lingkungan sekitar menjadi kotor.


Selain dampak terhadap kebersihan, pasar kliwonan juga berdampak terhadap kelancaran arus lalu lintas. Hal tersebut disebabkan karena letak alun-alun yang merupakan tempat diselenggarakannya kegiatan kliwonan tepat di tepi jalan raya pantura.

Banyaknya para pedagang yang menjajakan barang dagangannya sampai ke tepi jalan raya, serta para pengunjung yang hilir mudik menyebrang jalan semakin menambah arus lalu lintas menjadi semakin terhambat.

B. Tradisi Kliwonan

Menurut Selo Soemardjan dalam Soerjono Soekanto (2002:305) perubahan sosial budaya merupakan segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok masyarakat.

Masyarakat yang kebudayaannya diwarnai oleh tradisionalisme, apabila harus memecahkan suatu masalah didalam hidupnya maka dia akan cenderung berorientasi pada masa lampau. Tradisi menjadi pedoman untuk mengatur tata hidupnya didalam keluarga, masyarakat, dalam hubungannya dengan pemerintah, dan dalam hubungannya dengan pemerintah serta dalam hubungannya dengan orang-orang lain dari luar masyarakatnya. Dengan berpegang pada tradisi maka masyarakat dapat mengatur kehidupannya dengan mantap dan kuat sehingga kehidupan itu menjadi stabil. Tradisi tersebut akan menjadi bertambah kuat karena masyarakat percaya mengandung restu dari para leluhurnya, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.

Oleh karena itu tradisi sukar sekali untuk diubah atau diganti dengan unsur-unsur kebudayaan yang lain. Akan tetapi, pada kenyataannya ada unsurunsur tradisi yang tidak dapat dipertahankan apabila masyarakat hendak membangun ekonominya sesuai dengan dalil-dalil ekonomi modern.

Tradisi Jumat kliwon atau kliwonan dilaksanakan setiap 35 hari sekali atau selapan dina menurut perhitungan Jawa bagi masyarakat Batang memiliki makna yang berbeda dengan ritual Jumat kliwon pada umumnya karena digunakan sebagai malam yang spesial bagi para pedagang untuk menggelar barang dagangannya di alun-alun Kota Batang dengan harga yang lebih murah. Uniknya, ratusan pedagang tersebut sebagian besar justru berasal dari luar Batang seperti dari daerah Tegal, Pemalang, Cirebon, Semarang, Bandungan, Solo, dan masih banyak lagi. Pada mulanya penyelenggaraan kliwonan berjalan secara tradisional akan tetapi dengan semakin banyaknya jumlah pedagang serta pengunjung yang datang maka dibutuhkan campur tangan Pemerintah Kabupatenuntuk mengelola dan mengatur penyelenggaraan kliwonan.

Tradisi kliwonan mengalami perubahan baik dari segi fungsi maupun bentuknya seiring dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat itu sendiri. Tradisi kliwonan yang pada mulanya merupakan sebuah upacara tradisional yang sarat akan nuansa spiritual kini telah berubah fungsi menjadi sebuah kegiatan yang lebih bersifat rasional dan material. Kliwonan sekarang identik dengan sebuah pasar malam atau pasar murah.

Tradisi kliwonan di Kabupaten Batang merupakan salah satu contoh bentuk tradisi yang masih berkembang di masyarakat. Dalam pelaksanaannya, kliwonan sangat terkait dengan budaya yang berlaku di Kabupaten Batang karena kliwonan yang terjadi sekarang ini merupakan hasil pergeseran fungsi utama dari tradisi kliwonan. Pada awalnya tradisi ini lebih menitik beratkan pada unsur religi yang berlaku di masyarakat. Sedangkan pada perkembangannya pelaksanaan tradisi ini lebih menitik beratkan pada unsure ekonomi yang dijadikan sumber mata pencaharian bagi masyarakat. Dan perubahan tersebut berpengaruh terhadap beberapa aspek sosial dan ekonomi serta fenomena-fenomena sosial yang ada di dalamnya.


PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai tradisi kliwonan masyarakat Kabupaten Batang ditinjau dari sudut pandang sosiologi, dapat ditarik simpulan bahwa Tradisi Jumat kliwon atau kliwonan yang terjadi setiap 35 hari sekali atau selapan dina menurut perhitungan Jawa, bagi masyarakat Batang memiliki makna yang berbeda dengan ritual Jumat kliwon pada umumnya karena digunakan sebagai malam yang spesial bagi para pedagang untuk menggelar barang dagangannya di alun-alun Kota Batang dengan harga yang lebih murah.

Uniknya, ratusan pedagang tersebut sebagian besar justru berasal dari luar Batang seperti dari daerah Tegal, Pemalang, Cirebon, Semarang, Bandungan, Solo, dan masih banyak lagi. Pada mulanya penyelenggaraan kliwonan berjalan secara tradisional akan tetapi dengan semakin banyaknya jumlah pedagang serta pengunjung yang datang maka dibutuhkan campur tangan Pemerintah Kabupaten untuk mengelola dan mengatur penyelenggaraan kliwonan. Kemudian dari Dinas Perhubungan yang bertugas memungut retribusi dari tempat parker kendaraan bermotor serta Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda), serta pihak kepolisian untuk mengatur arus lalu lintas dan menjaga keamanan saat kliwonan berlangsung.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai tradisi kliwonan masyarakat Kabupaten Batang ditinjau dari segi sosiologi, maka saran peneliti adalah Tradisi kliwonan merupakan aset daerah yang sangat menguntungkan karena dapat memberikan input bagi pendapatan daerah, akan tetapi Pemerintah Kabupaten Batang masih kurang maksimal dalam mengelolanya.



DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Maman. 1987. Ilmu Sosial Dasar: Basic Social Science.

Bandung: Calvary.

Kompak. 2001.” Tradisi Jumat Kliwon di Batang”. VI. 15 September. Hal. 14.

Maryadi. 2000.Tranformasi Budaya. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Moleong lexy, J. 2000. Metode penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Purbawasesa, Edi Harsono. 2004. Jumat Kliwonan. http://www.google.com. (10 Juli.2005).

PENEMUAN HARTA KARUN DI CIREBON

Pada tahun 1986, dunia digemparkan dengan peristiwa penemuan 100 batang emas dan 20.000 keramik Dinasti Ming dan Ching dari kapal VOC Geldennalsen yang karam di perairan Kepulauan Riau pada Januari 1751. Penemu harta karun itu adalah Michael Hatcher, warga Australia, yang menyebut dirinya sebagai arkeolog maritim yang doyan bisnis.

Percetakan Inggris, Hamish Hamilton Ltd, memublikasikan kisah petualangan dan temuan Hatcher itu dalam The Nanking Cargo (1987). Nanking Cargo merupakan sebutan kargo kapal VOC Geldennalsen yang berisi barang-barang berharga hasil transaksi perdagangan VOC di Nanking, China.

Yang paling terkejut dengan temuan Hatcher itu adalah Pemerintah Indonesia. Bagaimana tidak, barang-barang yang dilelang Hatcher di balai lelang Belanda, Christie, senilai 15 juta dollar AS itu ditemukan di perairan Kepulauan Riau.

”Waktu itu, Pemerintah Indonesia merasa kecolongan lantaran Hatcher mengambil harta karun secara ilegal atau tidak seizin pemerintah,” kata Kepala Subpengendalian dan Pemanfaatan Direktorat Peninggalan Bawah Air Departemen Kebudayaan dan Pariwisata R Widiati di Rembang, Jawa Tengah, Selasa (18/8).

Bukan itu saja, pada 1999 di Batu Hitam, Bangka Belitung, sebuah perusahaan asing mengambil ratusan batangan emas dan 60.000 porselen China Dinasti Tang yang dilelang senilai 40 juta dollar AS. Setahun kemudian, perusahaan asing yang diduga di bawah kendali Hatcher mengangkut dan melelang 250.000 keramik China dari Selat Gelasa, Bangka Belitung, ke Nagel, balai lelang Jerman.

”Kami tidak mengetahui nilai lelang itu, tetapi kami sempat meminta dan mendapatkan 1.500 keramik untuk disimpan di Indonesia sebagai salah satu bentuk pelestarian peninggalan bawah air,” kata Widiati.

Peninggalan bawah air

Indonesia merupakan negara maritim yang mempunyai kekayaan bawah air. Salah satunya adalah benda-benda berupa keramik, emas batangan, uang logam, guci, gerabah, piring, gelas, mangkuk, dan patung yang ditemukan dari sisa kapal karam.

National Geographic (2001) menyebutkan tentang 7 kapal kuno tenggelam di perairan Indonesia bagian barat, terutama Selat Malaka, pada abad XVII-XX. Kapal-kapal itu adalah Diana (Inggris), Tek Sing dan Turiang (China), Nassau dan Geldennalsen (Belanda), Don Duarte de Guerra (Portugis), serta Ashigara (Jepang).

Hal itu belum termasuk kapal-kapal dagang abad III-XV yang didominasi saudagar China yang singgah atau berdagang di sejumlah pelabuhan pada zaman kerajaan di Nusantara. Misalnya, pendeta China, Yijing, mencatat kunjungannya ke Pelabuhan Sriwijaya pada abad VII untuk belajar bahasa Sanskerta.

”Dalam perjalanan, kapal-kapal itu ada yang karam dan tenggelam. Penyebabnya adalah badai di laut, serangan bajak laut, tabrakan dengan kapal lain, dan perang,” kata Widiati.

Direktorat Peninggalan Bawah Air Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mencatat, di Indonesia ada enam daerah penemuan benda peninggalan bawah air, yaitu Kepulauan Riau, Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Bangka Belitung, Cirebon (pantai utara Jawa Barat), Kalimantan Barat, dan Rembang (pantai utara Jawa Tengah).

Misalnya, pada tahun 1989, di Pulau Buaya, Kepulauan Riau, PT Muara Wisesa Samudera atas izin Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam (Panitia Nasional BMKT) mengangkat 30.000 keramik utuh dan barang-barang dari logam, kayu, dan kaca. Barang-barang yang berasal dari Dinasti Song (abad X-XIII) itu berbentuk mangkuk, piring, buli-buli, tempayan, cepuk, dadu botol, vas, dan kendi.

Tahun 2005, PT Adikencana Salvage atas seizin Panitia Nasional BMKT mengangkat 25.000 keramik China dan 15.000 porselen zaman Dinasti Ching di Karang Heluputan dan Teluk Sumpat, Kepulauan Riau. Perusahaan itu juga menemukan koin, peralatan timbang logam, dan tungku China.

Benda-benda serupa juga ditemukan di perairan Kepulauan Seribu, Bangka Belitung, Cirebon, dan Kalimantan Barat. Khusus di Kepulauan Seribu, PT Sulung Segarajaya dan Seabed Explorations, perusahaan Jerman, menemukan 11.000 benda yang terbuat dari aneka logam, seperti emas, perak, perunggu, dan timah.

Menurut Widiati, temuan- temuan itu berasal dari abad X. Dari identifikasi sebagian badan kapal, kapal itu buatan Indonesia yang berlayar dari ibu kota Sriwijaya, Palembang, menuju Jawa Tengah atau Jawa Timur.

”Para pemburu harta karun itu dapat menemukan lokasi kapal karam berdasarkan catatan perjalanan kapal-kapal tersebut yang tersimpan di berbagai museum atau pembuktian atas laporan dan cerita dari mulut ke mulut warga pesisir di lokasi terdekat,” katanya.

Pada medio 2008 di Rembang, tepatnya di Desa Punjulharjo, Kecamatan Rembang, sejumlah warga pesisir menemukan perahu kuno relatif utuh di tambak yang berjarak sekitar 1 kilometer dari pantai. Perahu itu berlebar 4 meter dan panjang 15,60 meter

Profesor Pierre-Yves Manguin, arkeolog maritim asal Perancis, yang diundang Balai Arkeologi Yogyakarta untuk meneliti perahu, menyatakan, perahu itu berasal dari zaman peralihan Kerajaan Mataram Kuno ke Sriwijaya, 670-780 Masehi. Hal itu dapat diketahui dari teknologi pembuatan perahu, yaitu menggunakan tambuktu atau balok tempat pasak yang diperkuat dengan ikatan tali ijuk.

Di perahu itu ditemukan pula benda-benda lain, seperti tempurung kelapa, potongan tongkat, dan kepala arca perempuan China berdandan Jawa. Diduga perahu itu merupakan perahu dagang antarpulau.

Saat ini, perahu itu dalam penanganan Balai Konservasi Peninggalan Borobudur. Balai tersebut telah mengambil sejumlah contoh berupa kayu perahu, tanah, dan air di sekitar perahu untuk menentukan metode konservasi yang tepat.

Bukti sejarah

Direktorat Peninggalan Bawah Air dan Panitia Nasional BMKT tidak ingin lagi kehilangan harta karun bawah air. Untuk itu, mereka berupaya menyosialisasikan perlindungan temuan bawah air kepada pemerintah daerah dan masyarakat pesisir.

Widiati mengatakan, benda-benda peninggalan bawah air tidak sekadar mempunyai nilai ekonomis, melainkan juga nilai edukatif dan pelestarian. Artinya, kalau benda-benda itu dilarikan ke negara-negara lain, Indonesia tidak lagi memiliki peninggalan bersejarah yang dapat dinikmati dan dipelajari generasi mendatang.

Meskipun benda itu diam, mereka dapat memberikan informasi tentang sejarah perdagangan antarnegara melalui laut, teknologi pembuatan benda, budaya, dan kemajuan suatu negara atau kerajaan. Benda-benda tersebut sekaligus menjadi bukti nyata pelayaran yang pernah dilakukan beberapa bangsa.

”Benda-benda peninggalan bawah air itu termasuk benda cagar budaya yang dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya,” kata Widiati.

Adapun bagi Manguin yang menekuni temuan perahu atau kapal, alat transportasi laut itu merupakan gambaran sebuah bangsa melepas belenggu isolasi samudra, membuka komunikasi, dan berinteraksi dengan bangsa lain. Mereka bertukar pengetahuan, barang, budaya, dan pangan.

Melalui perahu dan kapal, sebuah bangsa membangun politik dan ekonomi maritim. Mereka mengembangkan kekuasaan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perdagangan dan aneka hasil laut.

”Dari temuan-temuan yang mengisahkan sejarah dan budaya bangsa-bangsa pelaut, Pemerintah Indonesia seharusnya belajar arti penting laut bagi perkembangan sebuah bangsa, bukan malah menganaktirikan laut,” kata Manguin. sumber : hendriyo widi pada http://sains.kompas.com/read/xml/2009/09/04/09593168/sepenggal.pesan.harta.karun.perairan.indonesia

01 Mei 2010

Seorang Pria Tidak Makan dan Minum 70 Tahun

New Delhi: Seorang pria India yang sudah berusia 82 tahun mengaku tidak makan dan minum selama 70 tahun. kemampuan Prahlad Jani bertahan tanpa makanan dan minuman menarik perhatian Militer India untuk menelitinya.

Kini Prahlad Jani berada di ruang isolasi sebuah Rumah Sakit di Ahmedabad, Gurjarat dan diawasi ketat oleh tim dokter. Jani sudah berada di rumah sakit itu selama 6 hari tanpa makan dan minum, dan dari hasil pemeriksaan tidak ada tanda-tanda Jani mengalami kelaparan dan dehidrasi.

Prahlad Jani mengaku telah meninggalkan rumah sejak umur 7 tahun dan hidup sebagai pengembara Sadhu atau orang suci di Rajasthan. Jani disebut sebagai breatharian yang dapat hidup sendiri secara spiritual.

Jani meyakini hidupnya telah ditopang oleh seorang dewi yang menuangkan ramuan gaib melalui langit-langit mulutnya. Pengakuan Jani ini didukung oleh seorang dokter India yang ahli dalam bidang studi tentang orang-orang yang memiliki kemampuan supranatural.

Pihak militer India tampaknya tertarik untuk mempelajari ilmu Prahland Jani dan berharap bisa diterapkan pada anggota pasukannya atau pada korban bencana sebelum bantuan tiba.

"Jika klaim itu bisa diverifikasi, itu akan menjadi terobosan dalam ilmu kedokteran," kata Dr G. lavazhagan, Direktur Ilmu Fisiologi & Ilmu Terpadu, Institut Pertahanan. "Kita bisa mendidik masyarakat tentang teknik-teknik bertahan hidup dalam kondisi buruk dengan sedikit makanan dan air atau tidak sama sekali" tambahnya

Di India memang sudah menjadi hal yang umum bagi umat Hindu menjalankan puasa tanpa makan dan minum bahkan selama delapan hari penuh. Secara teori, manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa makan dan minum selama 50 hari. (MLA)

Sumber : Liputan6.com

Site Info

Leave a Reply